Kisah
ini sangat klasik menurut saya. Mungkin sering atau pernah anda dengar, namun
menurut saya cerita ini masih sangat menarik dan relevan untuk disimak. Ini
adalah kisah tentang sikap tiga orang tukang batu terhadap pekerjaannya. Tersebutlah
tiga orang batu sedang bekerja. Seseorang kemudian bertanya “Apa yang anda
kerjakan? “ tukang batu pertama menjawab “ saya sedang menyusun bata”. Tukang
batu kedua menjawab “ saya sedang mencari uang”. Dan tukang batu ketiga
menjawab “ saya sedang membangun istana terhebat di dunia. Kisah ini memang
tidak memberi tahu kita apa yang terjadi dengan ketiga tukang batu ini
kemudian, tetapi menurut anda apa yang akan terjadi? Peluangnya adalah dua
tukang batu pertama tetap menjadi tukang batu. Atau mengalami stagnasi. Mereka
tidak mempunyai visi. Mereka tidak mempunyai rasa hormat terhadap pekerjaannya.
Tidak ada dorongan yang membuat mereka maju menuju keberhasilan yang lebih
besar.
Tetapi
anda boleh merasa pasti bahwa tukang batu ketiga yang memvisualisasikan dirinya
sedang membangun istana terhebat tidak akan tetap menjadi tukang batu.
Barangkali ia akan menjadi mandor, atau menjadi kontraktor, atau bahkan menjadi
arsitek. Ia akan melaju cepat dan bertumbuh. Mengapa? Karena memang cara
berpikir yang membuatnya begitu. Cara berpikir yang besar tentang pekerjaan
memberi tahu banyak tentang seseorang dan potensinya untuk tanggung jawab yang
lebih besar. Dalam buku “Berpikir Dan Berjiwa Besar” David J.Schwartz
menuturkan bahwa seseorang yang selalu menggap pekerjaannya begitu penting dan
berarti meskipun ada sesuatu yang tidak ia sukai dalam pekerjaannya,
kemungkinannya adalah ia akan bangga dengan pekerjaan berikutnya dan selalu ada
korelasi antara rasa hormat terhadap pekerjaannya dan prestasi kerja. Beginilah
logikanya “Cara berpikir anda menentukan bagaimana anda bertindak. Cara anda
bertindak pada gilirannya menentukan bagaimana masa depan anda kelak. Bukankah
dalam sebuah hadits muttafaq alaih
Allah berfirman “Ana ‘inda dzonni abdiy”
aku sesuai prasangka hambaku, yang mana memberikan kesempatan kita untuk
memilih cara bersikap yang terbaik bagi kita. Bila kita yakin pasti berhasil,
Allah akan membuka beribu-ribu jalan menuju kesana. Namun berbeda bila
sebaliknya. Berpikirlah secara besar dan hormati pekerjaan anda. Pablo Picasso
menuturkan “Ancaman terbesar bagi keberhasilan hidup kita bukan berasal dari
menggantungkan cita-cita setinggi langit hingga tak mampu mencapainya secara
penuh; namun berasal dari pematokan cita-cita terlalu datar hingga mudah
mencapainya. Wallahu A’lam Bishawab
Iksan
Adi Kuncoro
Boyolali,
10 Maret 2020, Pkl.07.43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar