Jumat, 20 Maret 2020

Tiga Tukang Batu



Kisah ini sangat klasik menurut saya. Mungkin sering atau pernah anda dengar, namun menurut saya cerita ini masih sangat menarik dan relevan untuk disimak. Ini adalah kisah tentang sikap tiga orang tukang batu terhadap pekerjaannya. Tersebutlah tiga orang batu sedang bekerja. Seseorang kemudian bertanya “Apa yang anda kerjakan? “ tukang batu pertama menjawab “ saya sedang menyusun bata”. Tukang batu kedua menjawab “ saya sedang mencari uang”. Dan tukang batu ketiga menjawab “ saya sedang membangun istana terhebat di dunia. Kisah ini memang tidak memberi tahu kita apa yang terjadi dengan ketiga tukang batu ini kemudian, tetapi menurut anda apa yang akan terjadi? Peluangnya adalah dua tukang batu pertama tetap menjadi tukang batu. Atau mengalami stagnasi. Mereka tidak mempunyai visi. Mereka tidak mempunyai rasa hormat terhadap pekerjaannya. Tidak ada dorongan yang membuat mereka maju menuju keberhasilan yang lebih besar.
Tetapi anda boleh merasa pasti bahwa tukang batu ketiga yang memvisualisasikan dirinya sedang membangun istana terhebat tidak akan tetap menjadi tukang batu. Barangkali ia akan menjadi mandor, atau menjadi kontraktor, atau bahkan menjadi arsitek. Ia akan melaju cepat dan bertumbuh. Mengapa? Karena memang cara berpikir yang membuatnya begitu. Cara berpikir yang besar tentang pekerjaan memberi tahu banyak tentang seseorang dan potensinya untuk tanggung jawab yang lebih besar. Dalam buku “Berpikir Dan Berjiwa Besar” David J.Schwartz menuturkan bahwa seseorang yang selalu menggap pekerjaannya begitu penting dan berarti meskipun ada sesuatu yang tidak ia sukai dalam pekerjaannya, kemungkinannya adalah ia akan bangga dengan pekerjaan berikutnya dan selalu ada korelasi antara rasa hormat terhadap pekerjaannya dan prestasi kerja. Beginilah logikanya “Cara berpikir anda menentukan bagaimana anda bertindak. Cara anda bertindak pada gilirannya menentukan bagaimana masa depan anda kelak. Bukankah dalam sebuah hadits muttafaq alaih Allah berfirman “Ana ‘inda dzonni abdiy” aku sesuai prasangka hambaku, yang mana memberikan kesempatan kita untuk memilih cara bersikap yang terbaik bagi kita. Bila kita yakin pasti berhasil, Allah akan membuka beribu-ribu jalan menuju kesana. Namun berbeda bila sebaliknya. Berpikirlah secara besar dan hormati pekerjaan anda. Pablo Picasso menuturkan “Ancaman terbesar bagi keberhasilan hidup kita bukan berasal dari menggantungkan cita-cita setinggi langit hingga tak mampu mencapainya secara penuh; namun berasal dari pematokan cita-cita terlalu datar hingga mudah mencapainya. Wallahu A’lam Bishawab

Iksan Adi Kuncoro
Boyolali, 10 Maret 2020, Pkl.07.43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trend dari zaman nenek moyang..

  Bicara tentang covid-19 apa yang terlintas di pikiran anda? Korban? Sepeda? Vaksin? Atau konsiprasikah? Sejak diterapkannya new normal kor...