Peribahasa
ini menurut saya tidak selalu bermakna negatif. Ia memberikan pelajaran bahwa apa yang kita ucapkan akan memberikan
dampak bagi diri sendiri maupun orang lain. Bisa positif maupun negatif. Dalam
berbagai berita dapat kita simak banyak orang yang mengalami depresi dan putus
asa dalam menjalani hidup karena menjadi korban bullyan. Maksud hati hendak bercanda, tapi malah membuat hidup
seseorang menjadi bahaya. Ya, kata-kata terkadang lebih tajam dari sekedar
hunusan pedang. Ia dapat melukai seseorang dan memberikan rasa sakit sepanjang
masa. Namun tak jarang juga karena sebuah kata hidup seseorang berubah menjadi
lebih baik. Rasanya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa kata-kata dapat merubah
hidup seseorang. Adalah Neil Amstrong korban bully oleh temannya karena
mempunyai mimpi ingin ke bulan. Ia begitu sedih dan terpukul mendengar bahwa
mimpinya telah diremehkan oleh teman-temannya. Kemudian ia mengadu kepada
ibunya. Di sinilah titik tolak itu terjadi. Ketika sang ibu mengatakan “yes honey , you can do it”, semenjak itu
ia kemudian bersungguh-sungguh menggapai cita-citanya dan akhirnya bisa sampai
ke bulan.
Kisah
inspiratif lain banyak kita temukan. Seperti kisah Thomas Alfa Edison ketika
ibunya tetap mengatakan bahwa ia jenius disaat para guru sekolah mengatakan ia
bodoh, bahkan kisah Rasulullah ketika menangani kasus seorang badui yang
kencing di pojokan masjid yang membuat geram seluruh sahabat saat itu. Bahkan
tak segan-segan para sahabat siap menghunuskan pedang kepada badui tersebut.
Namun apa yang dilakukan Rasululullah? Beliau memilih tetap tenang dan
menghampiri badui tersebut. Beliau mengatakan “ Masjid ini adalah tempat untuk
dzikir dan shalat, tidak boleh dikencingi”. Ya, hanya itu tidak lebih. Tapi
tahukah anda apa dampaknya? Sang baduy akhirnya memeluk islam. Dari sinilah
Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menjaga perkataan yang baik,
bahwa mencela bukanlah sebuah solusi terhadap sebuah permasalahan. Falyaqul khoiron au liyasmut, bicaralah
yang baik atau diam. Jika saja Rasulullah menyentak sang baduy tersebut,
mungkin ia tidak akan mau mengikuti ajaran Nabi.
Maka
marilah jaga ucapan kita. Janganlah suka mencela dan marah-marah. Maka tak
salah bila oprah windfrey mengatakan “
yang paling saya tahu tentang mencela atau amarah adalah ia lebih banyak
melukai diri dari pada orang lain”. Bisa jadi kalau seseorang tidak hati-hati
dalam menjaga lisan maka bisa dipastikan ia akan menerkam sang pemiliknya.
Yahya bin muadz memberikan penjelasan yang menarik dan jelas, katanya “ hati itu laksana periuk, dan lisan adalah
alat ciduknya. Maka lihatlah seseorang jika sedang berbicara. Pada saat itu
lisannya seperti sedang menciduki apa-apa yang terdapat dalam hatinya. Dia bisa
manis atau kecut, bisa tawar atau asin. Dan bisa menjelaskan kepadamu tentang
keadaan hati orang itu adalah hasil cidukannya ( baca : lisannya). Wallahu
a’lam bishawab
Iksan
Adi Kuncoro
Boyolali,
25 februari 2020, Pukul 16.15 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar