Jumat, 20 Maret 2020

Mulutmu, Harimaumu..



Peribahasa ini menurut saya tidak selalu bermakna negatif. Ia memberikan pelajaran  bahwa apa yang kita ucapkan akan memberikan dampak bagi diri sendiri maupun orang lain. Bisa positif maupun negatif. Dalam berbagai berita dapat kita simak banyak orang yang mengalami depresi dan putus asa dalam menjalani hidup karena menjadi korban bullyan. Maksud hati hendak bercanda, tapi malah membuat hidup seseorang menjadi bahaya. Ya, kata-kata terkadang lebih tajam dari sekedar hunusan pedang. Ia dapat melukai seseorang dan memberikan rasa sakit sepanjang masa. Namun tak jarang juga karena sebuah kata hidup seseorang berubah menjadi lebih baik. Rasanya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa kata-kata dapat merubah hidup seseorang. Adalah Neil Amstrong korban bully oleh temannya karena mempunyai mimpi ingin ke bulan. Ia begitu sedih dan terpukul mendengar bahwa mimpinya telah diremehkan oleh teman-temannya. Kemudian ia mengadu kepada ibunya. Di sinilah titik tolak itu terjadi. Ketika sang ibu mengatakan “yes honey , you can do it”, semenjak itu ia kemudian bersungguh-sungguh menggapai cita-citanya dan akhirnya bisa sampai ke bulan.
Kisah inspiratif lain banyak kita temukan. Seperti kisah Thomas Alfa Edison ketika ibunya tetap mengatakan bahwa ia jenius disaat para guru sekolah mengatakan ia bodoh, bahkan kisah Rasulullah ketika menangani kasus seorang badui yang kencing di pojokan masjid yang membuat geram seluruh sahabat saat itu. Bahkan tak segan-segan para sahabat siap menghunuskan pedang kepada badui tersebut. Namun apa yang dilakukan Rasululullah? Beliau memilih tetap tenang dan menghampiri badui tersebut. Beliau mengatakan “ Masjid ini adalah tempat untuk dzikir dan shalat, tidak boleh dikencingi”. Ya, hanya itu tidak lebih. Tapi tahukah anda apa dampaknya? Sang baduy akhirnya memeluk islam. Dari sinilah Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menjaga perkataan yang baik, bahwa mencela bukanlah sebuah solusi terhadap sebuah permasalahan. Falyaqul khoiron au liyasmut, bicaralah yang baik atau diam. Jika saja Rasulullah menyentak sang baduy tersebut, mungkin ia tidak akan mau mengikuti ajaran Nabi.
Maka marilah jaga ucapan kita. Janganlah suka mencela dan marah-marah. Maka tak salah bila  oprah windfrey mengatakan “ yang paling saya tahu tentang mencela atau amarah adalah ia lebih banyak melukai diri dari pada orang lain”. Bisa jadi kalau seseorang tidak hati-hati dalam menjaga lisan maka bisa dipastikan ia akan menerkam sang pemiliknya. Yahya bin muadz memberikan penjelasan yang menarik dan jelas, katanya “ hati itu laksana periuk, dan lisan adalah alat ciduknya. Maka lihatlah seseorang jika sedang berbicara. Pada saat itu lisannya seperti sedang menciduki apa-apa yang terdapat dalam hatinya. Dia bisa manis atau kecut, bisa tawar atau asin. Dan bisa menjelaskan kepadamu tentang keadaan hati orang itu adalah hasil cidukannya ( baca : lisannya). Wallahu a’lam bishawab

Iksan Adi Kuncoro
Boyolali, 25 februari 2020, Pukul 16.15 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trend dari zaman nenek moyang..

  Bicara tentang covid-19 apa yang terlintas di pikiran anda? Korban? Sepeda? Vaksin? Atau konsiprasikah? Sejak diterapkannya new normal kor...