Senin, 15 Juni 2020

Pak, Tolong Antri ya?



Suatu hari ketika pulang kerja dari kantor BMT TUMANG, aku mampir membeli BBM di POM Boyolali kota. Kondisi motor yang limit BBM membuatku harus rela mengantri panjang. Saya agak kesal, mendadak ada seorang bapak menerjang dan menyerobot untuk mengisi BBM. Lebih sebelnya lagi, petugas POM tampak biasa saja melayani bapak yang menyerobot tadi. Tampak ada seorang ibu di depan ngomel “ Pak, tolong antri dong. Kasihan yang nunggu dari tadi, jangan asal nyerobot aja”.

Melihat  itu aku langsung mengacungkan jempol kepada ibu tadi “ mantap bu”. Tulus. “_Njenengan_ berani menegur bapak yang menyerobot tadi”. Kebetulan saya memang di belakang antrian ibu itu.

Meskipun nampaknya biasa saja. Di perjalanan saya berpikir serius tentang kejadian tadi. Saya menyesali diri saya sendiri kenapa tidak sekritis ibu tadi. Saya cenderung biasa saja, tidak ingin memperpanjang sesuatu. Toh, sudah sering kejadian seperti itu. Bukan kali pertama. Saya malas dianggap nyinyir. Saya....

Saat ini orang yang teguh pada aturan sering dianggap lebay, sok baik, sok idealis dan sebagainya. Dulu sebenarnya saya juga kritis, di Swalayan ketika ada yang menyerobot untuk membayar, tak tanggung-tanggung kutegur untuk kembali ke tempatnya semula. Namun karena dirasa tak ada perubahan, lama-lama saya menganggap hal itu biasa saja. Apalagi ketika orang-orang antrian diam, datar, nggak masalah antirannya diterjang. Setelah dikondisikan dengan masalah yang sama secara berulang-ulang. Akhirnya saya cuek saja dengan pelanggaran-pelanggaran tersebut. Ah, Cuma masalah kecil. Makanya saya kagum akan keberanian ibu itu.  Meskipun ia mendapat lirikan dari beberapa pengantri lain dan sedikit senyum ketus dari petugas POM.

Menurut Goebbles kejahatan yang sering disebut-sebut dengan kebaikan, maka akan menjadi kebaikan. Pun sebaliknya. Kebaikan yang sering disebut-sebut dengan keburukan, maka akan menjadi keburukan. Orang seperti ibu tadi harus diperbanyak. Agar orang-orang seperti saya sadar dan insyaf. Salah tetaplah salah. Seberapa banyakpun hal itu terjadi. Bayangkan jika akhirnya kita membiarkan orang main serobot seenaknya. Pasti akan banyak dampak buruk yang terjadi. Banyak orang akhirnya tertunda pekerjaannya karena mengantri, bahkan mungkin akan terjadi perkelahian karena mau enaknya sendiri.
Bagaimana kalau terjadi dalam sebuah pemerintahan, dan dilakukan oleh banyak orang?. Seperti kejadian waktu lalu yang mana Anggota DPR dan keluarganya ingin didahulukan dalam rapid test ketimbang tenaga medis yang merupakan garda terdepan.
Kita sering geram jika mendengar pejabat negeri yang egois memperkaya diri sendiri, suka melanggar aturan, tanpa dosa suka menyerobot kepentingan rakyat. Tapi kadang lupa dalam ranah kecil yang kita hadapi sehari-hari, ada potensi keburukan yang terjadi di depan mata kita.
Tiga doa yang saya panjatkan. Semoga saya diberikan kekuatan, kemudahan dalam menegakkan kebenaran. Tidak egois. Dan semoga ibu itu tetap kritis tidak seperti saya yang diam bahkan cuek melihat pelanggaran atau kesalahan. _Wallahu a’lam bishawaab_

Iksan Adi Kuncoro
Semarang, 5 Juni 2020 Pkl. 21.37 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trend dari zaman nenek moyang..

  Bicara tentang covid-19 apa yang terlintas di pikiran anda? Korban? Sepeda? Vaksin? Atau konsiprasikah? Sejak diterapkannya new normal kor...