Senin, 04 Mei 2020

Corona di Negeri Bedebah



 Sejak bulan maret 2020 Pemerintah telah mencanangkan gerakan WFH (Work from home) atau physhycal distancing. Artinya kita harus melakukan self lockdown. Dalam kondisi seperti ini kita harus berpikir bagaimana tetap survive karena kondisi perekonomian yang kian terpuruk. Miris ketika melihat bantuan yang harusnya sampai ke warga ternyata di tengah jalan sudah disunat duluan oleh pak RT. Naudzubillah. Belum lagi bantuan yang tersendat karena harus menunggu tas yang bertuliskan “ bantuan dari presiden” yang notabene bantuan itu dibeli dengan uang rakyat. Kita tidak dididik menjadi masyarakat yang cerdas. Dogma-dogma dan janji-janji manis para politisi yang terus menjejali baik di panggung maya maupun televisi. Maka jangan heran pemandangan kelaparan di negeri yang katanya gemah ripah lohjinawi ini masih kita temukan. Jangan heran bila kesejahteraan dan keadilan seolah jauh dari harapan. Bak tikus mati di lumbung padi. Apa yang sebenarnya salah dengan negeri ini?
Di tengah situasi yang sulit seperti bencana, wabah covid, selalu ada segelintir orang yang memanfaatkan situasi demi keuntungan pribadi. Entah itu masyarakat maupun pejabat sama-sama tak punya harkat dan martabat. Nilai moral yang terdistorsi oleh sensasi untuk pemenuhan syahwat dan pencitraan diri. Maka boleh saya katakan bahwa kondisi moral bangsa ini dititik paling rendah. Sudah jatuh ditimpa tangga. Krisis wabah yang berdampak krisis ekonomi ditambah dengan krisis moral. Lengkap sudah penderitaan bangsa ini.
 “Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Nelson Mandela? Atau seorang pemuda seperti soe hok gie? Yang berteriak tentang moralitas di depan banyak orang,lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah masih ada?”. Tulisan ini bukan timbul karena rasa pesimis, sinis, apalagi memvonis. Tidak. Namun bentuk keresahan dan mungkin kepedulian terhadap kondisi kita saat ini.
Teringat sebuah kata dari bang Tere “Jika kita memilih tidak peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal waktu akan pecah berantakan.” 
Semarang, Ahad 3/5/2020. Pkl.20.57 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trend dari zaman nenek moyang..

  Bicara tentang covid-19 apa yang terlintas di pikiran anda? Korban? Sepeda? Vaksin? Atau konsiprasikah? Sejak diterapkannya new normal kor...