Blog yang menyediakan berbagai tulisan sebagai penyegaran jiwa dan menyehatkan pikiran
Jumat, 27 Januari 2012
Optimis dan pesimis
Ada sebuah pepatah cina “ orang pesimis dan optimis sama-sama dibutuhkan. Orang optimis membuat pesawat, sedangkan orang pesimis membuat pelampung. Apalah jadinya sebuah pesawat/kapal tanpa adanya pelampung. Mungkin bisa saja tenggelam kapal itu, namun untuk menyelamatkan diri tentunya orang juga membutuhkan pelampung. Dalam hal ini setidaknya memberi kita pelajaran bahwa dalam tingkah laku kita tidak hanya terpaku pada apa yang dinamakan sebuah kegagalan, keburukan, seperti korupsi yang meraja lela di negeri indonesia. Ita juga perlu memandang sebuah pencapaian meskipun hanya sangat kecil. Dari pencapaian inilah kemudian menimbulkan motivasi untuk merubah menjadi lebih baik. menjadi agen of change, bukan agen of coruption.
Pandangan yang membudaya diantara kita adalah orang cenderung memandang hanya sekedar dari aspek pesimis. Budaya korupsi yang meraja rela mejadi bahan pergunjingan yang tidak ada habisnya. Setiap saat orang disuguhkan dengan fenomena korupsi di televisi. Memang terlalu banyak budaya tersebut, hingga orang negara lainpun menjuluki negara kita sebagai negara korupsi. Orang perlu memandang seberapa besar yang telah dicapai dalam memajukan bangsa ini. Meskipun hanya kecil tetapi perlu kita jadikan pemacu, pendorong untuk melanjutkan estafet perubahan yang lebih baik.
Dalam masyarakatpun pandangan pesimis saja juga meraja rela. Banyak artis yang dalam faktanya kurang populer, kemudian mencari jalan bagaimana untuk mendapatkan penghasilan dengan mencalonkan diri menjadi anggota DPR. Ini terjadi kontradiksi antara pemahaman mengenai kehormatan dan kekayaan. Dua hal yang berbeda ini sering dijadikan saling berkaitan. Orang ketika memasuki parlemen tentu akan mendapatkan kehormatan sebagai agen of change bagi masyarakat. Berbeda ketika seseorang menjadikan kehormatan sebagai tempat mencari kekayaan. Budaya inilah yang seakan merasuk ke dalam jiwa masyarakat kita. Ketika orang yang belum mampu dalam harta, dan ia meminjam modal bermilyad uang untuk mencalonkan diri sebagai anggota dewan. Pada suatu waktu ia akan terpikir bagaimana membayar hutang itu. Seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor dalam tindakan korupsi yang meraja lela. Perlu adanya suatu tindakan perubahan mindset bahwa kehormatan berbeda dengan kekayaan. Sekiranya utnuk menjadi anggota dewa perlu pertimbangan tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi hajat hidupnya. Tentunya orang yang susah lebih beresiko dari pada orang yang masih dikatakan mampu.
Optimis dan pesimis setidaknya akan menjadi stimulus dalam menerapkan berbagai kemajuan dalam kehidupan bangsa kita. Kita perlu optimis tatkala dalam keadaan pesimis, tetapi kadang-kadang kita perlu juga berpesimis tatkala dalam kondisi optimis. Wassalam.
Selasa 24 januari 2012
22.46 pm
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Trend dari zaman nenek moyang..
Bicara tentang covid-19 apa yang terlintas di pikiran anda? Korban? Sepeda? Vaksin? Atau konsiprasikah? Sejak diterapkannya new normal kor...

-
Kisah ini sangat klasik menurut saya. Mungkin sering atau pernah anda dengar, namun menurut saya cerita ini masih sangat menarik dan r...
-
Sejak bulan maret 2020 Pemerintah telah mencanangkan gerakan WFH ( Work from home ) atau physhycal distancing . Artinya kita harus...
-
"bermimpilah maka tuhan akan memeluk mimpimu", itu adalah ungkapan motivasi yang sering ita dengar dari novel maupun film sang pe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar