Kamis, 14 Maret 2019

lagu yang paling indah

Setiap orang ingin dipanggil dengan sebutan yang indah. Tidak ada manusia yang ingin dipanggil dengan panggilan yang tidak ia suka. Ada kisah yang nyata saya alami betapa sebuah nama membuatku menjadi seseorang yang aktif dalam berorganisasi dan menjalani karier dalam organisasi di kampus secara signifikan. Sejak SMP aku tidak begitu menyukai berorganisasi. Dengannya seolah aku merasa tidak tertarik. Arogansi kakak tingkat, ditambah menghabiskan waktu yang banyak membuatku menjauh dari kehidupan organisasi. 
Waktu aku masuk kuliah aku ditawari masuk berbagai organisasi oleh kakak tingkatku. ada yang langsung mengdoktrinku harus ikut organisasi tertentu. Dan justru aku merasa tidak tertarik. Saat aku pulang dari kampus seorang kakak tingkat memberiku brosur untuk mengikuti organisasi KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia). Sampai di rumah kupandangi brosur tersebut, dan kuletakkan diatas meja. Seperti biasa aku merasa kurang tertarik mengikuti organisasi. Keesokan Harinya Kakak tingkatku yang lain memanggil namaku."Iksan kamu ikut KAMMI ya?". Bukan ajakan itu yang membuatku merasa tertarik, tapi ketika namaku disebut itulah yang membuatku benar-benar bahagia. Sebagai mahasiswa baru tentu banyak orang yang belum tahu tentang diriku. Saat itulah hidupku mulai berubah, aku mulai aktif di organisasi KAMMI hingga ke jenjang tertinggi sebagai Presiden BEM Kampus. Berawal dari nama itulah hidupku mulai berubah. Benar apa kata Dale Carnegie bahwa

"Nama adalah lagu yang paling indah bagi seseorang".

Minggu, 10 Maret 2019

KETIKUNG


Suatu ketika Salman Al farisi hendak ingin meminang seorang wanita anshar untuk dinikahi. Ia merasa bingung karena hendak meminta bantuan siapa untuk membantu melamar ke orang tua gadis tersebut. Ia teringat dengan sahabat yang telah dipersaudarakan oleh Rasulullah SAW, Abu darda. Abu darda. melamar seorang warga pribumi madinah bukanlah perkara mudah, adat istiadat, pola komunikasi dan lainnya tentu berbeda dengan apa yang ada di tempat salman dahulu. Singkat cerita, keduanya telah sampai di rumah si wanita. Dengan lugas  Abu darda menyampaikan maksud kedatangan mereka berdua.

"Kedatangan kami kemari karena ingin melamar putri anda untuk Salman. Salman adalah salah satu sahabat terbaik Rasulullah yang disebut menjadi bagian ahlul baitnya. Dia lah yang berperan besar dalam perang khandak sehingga kaum muslimin dapat melewati masa-masa sulit dalam berperang."Kata Abu darda,
"Kami merasa sangat bahagia dengan kedatangan kalian, apalagi bermenantukan sahabat terbaik Rasulullah tentu kami bertambah bahagia. Akan tetapi kami juga akan mennyakan dulu kepada putri kami tentang pilihannya."jawab ayah wanita tersebut.

Setelah itu mereka berdua menunggu dengan was-was disertai deg-degan akan jawaban dari wanita itu. Setelah menunggu beberapa saat ibu dari wanita itu telah keluar, wanita itu tidak berani sehingga meminta ibunya untuk memberikan jawaban.

"Saya telah menanyakan kepada anakku tentang perihal lamaran yang anda sampaikan, dia menolak lamaran salman, akan tetapi jika abu darda berkenan mempunyai maksut seperti salman (melamar) maka ia akan menerima."Bagai disamber gledek di siang hari, tentu itu jawaban yang di luar perkiraan salman dan abu darda. Antara rasa canggung terhadap saudaranya dan perasaan tak menentu mencampuri suasana mereka berdua. Akan tetapi Salman adalah Sahabat Rasul Yang memiliki kedewasaan emosi, seorang pemuda yang berjiwa besar.

"Allahu akbar, Alhamdulillah saudaraku dia menerimamu, aku akan memberikan mahar dan nafkah yang telah kusiapkan. Dan aku siap untuk menjadi saksi nikahmu."kata Salaman

Tidak ada raut kesedihan atau ratapan karena asmaranya kandas di tengah jalan dalam diri Salman. Ia justru bahagia melihat saudaranya akhirnya menyempurnakan separuh agamanya. Tak henti-henti ia panjatkan doa untuk sahabatnya, abu darda. Inilah indahnya persaudaraan, inilah indahnya ukhuwah. dalam tingkatan ukhuwan ada setidaknya lima tingkatan yang bisa kita pelajari : pertama adalah ta'aruf (mengenal), kedua adalah tafahum (memahami), ketiga adalah ta'awun(tolong-menolong), ke empat takaful (saling menanggung), dan kelima adalah itsar (mendahulukan orang lain daripada kita). Dari kisah diatas kita bisa melihat bahwa seorang salman

sudah mencapai tingkatan tertinggi yaitu itsar, dengan mendahulukan saudaranya untuk menikah tentu dengan didasari rasa bahagia melihat saudaranya bahagia. Bukankah Rasulullah SAW bersabda bahwa "Tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya, seperti mencintai dirinya sendiri"(H.R Bukhari). Mari Kita jaga ukhuwah islamiyah kita, tundukkan ego kita, peluk erat saudara kita, karena merekalah yang mungkin akan membantu kita untuk masuk surga. wallahu a'lam bishawab





Kamis, 07 Maret 2019

Memahami

Suatu ketika ada seorang kakek bersama tiga orang anak kecil naik kereta dari Semarang ke Banjarnegara. Ketiga anak itu begitu riang, bermain kesana kemari di dalam kereta. Sekali-kali mereka tertawa kegirangan. Tentu saja hal itu sangat mengganggu penumpang lain. Beberapa penumpang terlihat tidak berani menegur kakek tua tersebut, hingga ada satu penumpang wanita yang mencoba menegur kakek tersebut agar menyuruh ketiga anak itu untuk diam.
"Pak, tolong kondisikan anak-anak bapak supaya diam, jujur kami merasa terganggu dengan suara anak-anak itu yang bermain kesana-kemari." Kakek tua itu hanya terdiam dan menghela nafas panjang. "Saya tidak sanggup bu, saya tidak tega". jawab kakek tersebut
"lo, kenapa pak? anak-anak itu sudah cukup membuat gaduh dengan polah mereka di kereta ini".Ujar ibu itu.
dengan suara pelan kakek itu berkata"orang tua anak itu sudah meninggal tiga hari yang lalu karena kecelakaan pesawat, mereka terus menangis dan baru hari ini mereka bisa tertawa, saya tidak tega menegur mereka, kalau ibu tega silahkan "
Seketika, ibu itu terdiam, marahnya menjadi ramah. Bencinya menjadi simpati. Dia terharu melihat ketiga anak-anak itu yang bermain. tidak terasa air mata telah jatuh menetes di pipinya.
 Seringkali kita melihat begitu banyak masalah dalam hidup ini. Terkadang kita sering menyalahkan orang lain bahkan menyalahkan Tuhan. Kita tidak mau menggali lebih dalam atau memahami sebuah permasalahan, hingga yang kita rasakan begitu penat dan menyesakkan dada. Percayalah bahwa dibalik satu kesulitan terdapat dua kemudahan. Dunia ini akan indah bila kita mau membuka diri untuk memahami kehidupan.So, mari kita belajar memahami supaya kita bisa saling mengerti.
(Gambar hanyalah ilustrasi)

Trend dari zaman nenek moyang..

  Bicara tentang covid-19 apa yang terlintas di pikiran anda? Korban? Sepeda? Vaksin? Atau konsiprasikah? Sejak diterapkannya new normal kor...